Belajar Sejarah dari Bungker Belanda di Majalengka

BUNGKER ini terdiri dari dua buah, dengan masing-masing memiliki dua pintu. Di dalam bungker berukuran sekitar 5x5 meter, yang antara dua pintunya dibatasi oleh sekat. Bungker ini terletak di tepi sungai atau irigasi Cibudug, Majalengka, dan dekat dengan jalan utama.

Ketua Grup Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana mengatakan, keberadaan bungker ini tidak terlepas dari adanya Kodim 0617/Majalengka. Kodim sendiri dulunya merupakan kompleks tangsi pasukan militer Belanda yang dikenal sebagai tentara Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

Bungker Belanda di Majalengka. (Foto : MP/Mauritz)
Dulu bungker ini sering dipakai tentara Jepang (Foto : MP/Mauritz)

Saat itu, pemerintah Belanda ingin meningkatkan pengawasan terhadap pergerakan politik di sekitar wilayah tersebut tersebut sampai akhirnya mendirikan tangsi militer. "Bungker ini dibangun bersamaan dengan adanya tangsi militer Belanda tahun 1923, dengan tujuan mengawasi aktivitas masyarakat Majalengka," jelasnya, Kamis (26/12).

Pria yang akrab disapa Kang Naro ini melanjutkan, ketika pendudukan Jepang datang ke Indonesia, bungker ini menjadi sering dimanfaatkan. Karena, Jepang membutuhkan bungker untuk kepentingan perang Asia Pasifik.

Mereka menggunakan bungker sebagai tempat untuk penyimpanan senjata, basis pertahanan, atau bahkan sebagai penjara bagi tawanan perang. "Karena itulah bungker ini lebih sering disebut Goa Jepang, karena lebih sering dimanfaatkan sama tentara Jepang," tuturnya.

Sayangnya bungker ini sempat direnovasi sehingga mengurangi keasliannya (Foto : MP/Mauritz)
Sayangnya bungker ini sempat direnovasi sehingga mengurangi keasliannya (Foto : MP/Mauritz)

Selama Era Revolusi Indonesia atau Perang Kemerdekaan tahun 1945-1949, bungker ini sempat dipergunakan oleh Pejuang Indonessia sebagai kubu pertahanan melawan tentara NICA Belanda. Pasukan Belanda pun menyerang bungker tersebut. "Bungker ini menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Majalengka melawan penjajah," ujarnya.

Kini, bungker bersejarah itu direnovasi dan diberi bebatuan supaya lebih kuat, seperti bagian lubang pintu. Namun menurut Naro, hal ini dinilai mengubah bentuk asli bungker. Sayangnya, di bagian dalam bungker banyak terdapat aksi vandalisme tak bertanggung jawab. Coretan-coretan tersebut sangat merusak nilai sejarah bungker.

"Bungker ini sudah didaftarkan ke Kemendikbud supaya menjadi Cagar Budaya. Sekarang masyarakat bisa foto-foto di bungker ini," pungkasnya.

Tulisan dari Maurits kontributor untuk wilayah Cirebon dan sekitarnya

Main Menu